BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang kaya
akan keragaman flora. Iklimnya sangat cocok untuk tumbuh berbagai jenis
tanaman. Salah satu tanaman yang dinilai berprospek cerah adalah komoditas
perkebunan.
Komoditas perkebunan tersebut dapat
dijadikan sebagai salah satu sumber komoditas ekspor untuk meningkatkan
pendapatan negara, sekaligus penyadia lapangan kerja dan sumber pendapatan
masyarakat.
Secara umum budi daya perkebunan
merupakan kegiatan usaha tanaman yang hasilnya untuk di ekspor atau bahan baku
industri. Perkebunan telah mampu menunjukan peran dan keuntungannya dalam
perekonomian nasional. Penerimaan ekspor komoditas perkebunan pada tahun 2011
mencapai USD 18,85 miliar, pendapatan cukai rokok sekitar Rp 52 triliun.
Komoditas perkabunan yang berfungsi
sebagai penyadia bahan baku industri dalam negeri contohnya adalah rokok. Rokok
merupakan hasil industri dalam negeri yang berasal dari tanaman tembakau. Di indonesia, Daerah penghasil tembakau
adalah sumut(deli), sumatera barat (payakumbuh), bengkulu, sumatra
selatan(palembang), jaawa tengah (surakarta, klaten, dieng, kedu, temanggung,
parakan, serta wonosobo), dan jawa timur (bojonegoro dan besuki).
Setiap perusahan yang dijalankan tak
lepas dari kendala ataupun kasus yang pasti terjadi, untuk menghadapi itu hendaknya
seorang pimpinan sebagai decision maker (pembuat keputusan) harus bisa
menentukan keputusan yang tepat.
1.2 Pokok masalah
Dalam makalah ini menjelaskan:
Ø Teori dalam pengambilan keputusan dan tahapan dalam pengambilan
suatu keputusan
Ø Sekilas tentang tembakau
Ø Contoh kasus di perkebunan tembakau
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui langakah-langkah dalam
pengambilan keputusan yang tepat dalam suatu kasus.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Teori pengambilan keputusan
A. Pengertian
Pengambilan
Keputusan Pengambilan keputusan (desicion making) adalah melakukan penilaian
dan menjatuhkan pilihan. Keputusan ini diambil setelah melalui beberapa
perhitungan dan pertimbangan alternatif. Sebelum pilihan dijatuhkan, ada
beberapa tahap yang mungkin akan dilalui oleh pembuat keputusan.
Tahapan
tersebut bisa saja meliputi identifikasi masalah utama, menyusun alternatif
yang akan dipilih dan sampai pada pengambilan keputusan yang terbaik. Secara
umum, pengertian pengambilan keputusan telah dikemukakan oleh banyak ahli,
diantaranya adalah :
1)
G. R. Terry : Mengemukakan
bahwa pengambilan keputusan adalah sebagai pemilihan yang didasarkan kriteria
tertentu atas dua atau lebih alternatif yang mungkin.
2)
Claude S. Goerge, Jr :
Mengatakan proses pengambilan keputusan itu dikerjakan oleh kebanyakan manajer
berupa suatu kesadaran, kegiatan pemikiran yang termasuk pertimbangan,
penilaian dan pemilihan diantara sejumlah alternatif.
3)
Horold dan Cyril O’Donnell :
Mereka mengatakan bahwa pengambilan keputusan adalah pemilihan diantara
alternatif mengenai suatu cara bertindak yaitu inti dari perencanaan, suatu
rencana tidak dapat dikatakan tidak ada jika tidak ada keputusan, suatu sumber
yang dapat dipercaya, petunjuk atau reputasi yang telah dibuat.
4)
P. Siagian : Pengambilan
keputusan adalah suatu pendekatan sistematis terhadap suatu masalah,
pengumpulan fakta dan data, penelitian yang matang atas alternatif dan
tindakan.
B. Fase Pengambilan
Keputusan
1)
Aktivitas intelegensia; Proses
kreatif untuk menemukan kondisi yang mengharuskan keputusan dipilih atau tidak.
2)
Aktifitas desain; Kegiatan yang
mengemukakan konsep berdasar aktifitas intelegensia untuk mencapai tujuan.
3)
Aktifitas desain meliputi: -
menemukan cara-cara/metode - mengembangkan metode - menganalisa tindakan yang
dilakukan Aktifitas pemilihan ; Memilih satu dari sekian banyak alternatif
dalam pengambilan keputusan yang ada. Pemilihan ini berdasar atas kriteria yang
telah ditetapkan. Dari tiga aktifutas tersebut diatas, dapat disimpulkan tahap
pengambilan keputusan adalah :
a)
Mengidentifikasi masalah utama
b)
Mengumpulkan informasi yang
relevan
c)
Menyusun alternatif
d)
Menganalisis alternatif yang
feasible
e)
Memilih alternatif yang terbaik
dan prioritas
f)
Melaksanakan keputusan yang
terbaik
g)
Evaluasi hasil dari pelaksanaan
keputusan
2.2 Sekilas tentang
tembakau
Pengembangan tembakau di pulau jawa
dimulai sejak abad ke-17 oleh orang-orang portugis. Tanaman tembakau termasuk
golongan tanaman yang sangat disukai oleh masyarakat. Pada abad ke-18, tembakau
menjadi bahan perdagangan yang terpenting sesudah beras di pasar asia.
Klasifikasi dan varietas tanaman tembakau
Berdasarkn klasifikasi botanisnya,
tanaman tembakau dikelompokan sebagai berikut.
Divisi : spermatophyta
Subdivisi : angiospermae
Kelas
: dicotyledonae
Ordo :
solanales
Famili :
solanaceae
Genus : nicotiana
Spesies : nicotiana tobacum
Tembakau memiliki perakaran tunggang
dengan panjang antara 50-70 cm. Akar serabut akan muncul saat tanaman dipindah
tanam dan berkembang di sekitar leher akar. Jika kondisi lingkungan
sesuai, akar serabut dapat tumbuh sampai kedalaman kira-kira 40 cm dalam waktu
5 minggu. Akar tanaman tembakau merupakan sintesis nikotin sebelum diangkut
melalui pembuluh kayu ke daun.
Batang tembakau berdiri tegak,
berwarna hijau muda, dan berbulu. Tinggi tanaman antara 58-102 cm dengan
internoda yang rapat.diketiak daun terdapat titik-titik tumbuh cabang yang
dorman. Jika batang dipangkas, titik tumbuh akan bertunas sebagai sirung dan
dilanjutkan menadi cabang baru yang akan menghambat pertumbuhan tanaman.
Daun tembakau bersifat tunggal,
bertangkai atau duduk di batang, dan tersusun secara spiral. Jumlah daun
tanaman tembakau berkisar 18-25 lembar dengan panjang yang bervariasi antara
30-43 cm dan lebar 16-27 cm.Karakter kualitatif yang bisa menjadi pembeda
adalah permukaa, bentuk, tepi, dan ujung daun. Bentuk daun bervariasi
tergantung dari varietasnya. Bentuk daun yang digunakan sebagai bahan baku
susur berbentuk jantung sedangkan untuk bahan baku rokok berbentuk bulat
atau oval. Umumnya warna daun adalah hijau kekuningan.
Bunga tembakau bersifat majemuk,
berbentuk malai dengan karangan bunga berbentuk piramida, dan terletak di ujung
tanaman. Berdasarkan cara penyerbukanya, tembakau termasuk tanaman yang
menyerbuk sendiri, tetapi sekitar 4-10% menyerbuk silang.
Bentuk buah tembakau seperti telur
ayam dengan panjang 1,5-2 cm.warna buah berwarna hijau dan menjadi coklat
saat sudah masak. Tingkat kemasakan buah tidak serempak.
Berikut beberapa jenis tembakau yang
dianjurkan untuk dibudidayakan.
Jenis tembakau
|
Varietas yang dianjurkan
|
a. tembakau cerutu
|
-tembakau deli adalah D-4, KF-7,
F1-45
|
-tembakau virstenlanden (untuk
cerutu) adalah timor vorstenlanden (TV) x gayamprit (G)
|
|
-tembakau besuki (tembakau
pembalut dan pengisi cerutu) adalah H 392, H328, H 887, H362 B
|
|
b. tembakau pipa
|
Tembakau lumajang
|
c. tembakau sigaret
|
-Tembakau virginia (tembakau
sigaret) adalah delixie bright (DB) 101, coker 319, coker 48, coker 86, coker
176, north carolina 95
|
-tembakau oriental (turki) adalah
samsun, smyrna, macedonia oriental dan xanthi
|
|
-tembakau barley adalah KY 17,
barley 21, dan tn 87
|
|
d.tembakau asli/rajangan
|
Terdiri atas banyak varietas sesuai
dengan daerah pengembangannya
|
Tanaman tembakau merupakan tanaman
tropis yang dapat hidup pada rentang iklimyang luas. Karena responnya netral
terhadap panjang hari, tanaman tembakau dapat tumbuh dari 600 LU-400
LS.
Batas suhu minimum, yaitu 15o
C dan suhu maksimum 420 C. Suhu ideal pada siang hari adalah 270
C. Curah hujan juga sangat berpengaruh terhadap penentu kualitas dan kuantitas
hasil tembakau.Tekstur tanah lapisan atas yang baik untuk tanaman tembakau
adalah lempung berpasir. Tekstur ini mempunyai porsi udara dan air yang optimum
bagi pertumbuhan akar tanaman.
Tembakau dipanen dalam waktu relatif
singkat dibandingkan dengan tanaman perkebunan lainnya. Pemanenan tergantung
warna daun, waktu pemanenan, dan teknik pemanenan. Secara umum tembakau dipanen
satu kali untuk seluruh daun.
Daun tembakau dipetik jika telah
cukuo masak. Ciri daun yang cukup masak ditandai dengan perubahan warna hijau
kekuningan dan ujung daun melengkung dan sedikit mengering pada ujung.
Jika daun kurang atau kelewat masak akan mempengaruhi mutu dari tembakau. Oleh
karena itu , panen dilakukan bertahap sesuai dengan tingkat kemasakan daun.
Pemetikan dilakukan pada pagi hari
setelah embun menguap atau sore hari. Hasil pemetikan harus langsung dibawa ke
tempat teduh atau di gedung penglahan dengan hati-hati untuk meminimalisasi
kerusakan yang mengakibatkan kerusakan secara mekanis, fisik maupun
fisilogi.Setelah dilakukan sortasi awal berdasarkan kualitasnya, proses
selanjutnya adalah pengeringan (curing). Berdasarkan tujuan dan jenis
pengeringannya, ada empat cara pengeringan yaitu air curing, sun curing,
flue curing, fire/smoke curing.
Tembakau yang dikeringkan dengan
cara air curing umumnya jenis tembakau cerutu yang dikerjakan oleh rakyat.
Pengeringan dengan cara sun curing biasanya dilakukan pada tembakau jenis turki
atau tembakau pipa lumajang. Sistem pengeringan flue curing biasanya digunakan
pada tembakau virginia. Dan cara pengeringan dengan cara fire/smoke curing
biasanya dilakukan apabila kondisi cuaca tidak mendukung untuk melakukan
pengeringan dengan cara sun curing.
2.3 Contoh kasus
Menurunnya Eksport Tembakau Di PT.
Indonesia Bintang Baru
Tembakau Besuki Na-Oogst (BesNO) merupakan salah satu
komoditas perkebunan
unggulan berorientasi ekspor sebagai
bahan baku pembuatan
cerutu dan dapat berkembang baik di
Kabupaten Jember. Kualitas tembakau
BesNO yang dihasilkan adalah yang
terbaik di Indonesia, nomor dua dunia setelah
Brazil, dan hampir 90% diminati pasar ekspor internasional seperti pasar
premium di Jerman, Swiss, Belanda,
Amerika Serikat, dan China.
Tembakau cerutu
menghadapi tantangan antara lain dengan
adanya kampanye antirokok, regulasi FCTC (Framework
Convention on Tobacco
Control), mergernya perusahaan
raksasa dunia, serta
adanya kompetitor, namun peluang agribisnis tembakau cerutu masih
sangat terbuka lebar. Tembakau cerutu Indonesia
dengan kualitas tinggi
sangat diperlukan pasar internasional karena
mempunyai ciri khas.
Peluang lainnya adalah peminat tembakau cerutu di Asia yang terus
meningkat, serta adanya ketergantungan beberapa pabrik rokok cerutu di Eropa
terhadap cerutu Indonesia.
PT Indonesia Bintang
Baru (PT IBB) merupakan salah satu perusahaan eksportir tembakau yang
memperoleh bahan baku dari perusahaan
tembakau lain, seperti PTPN X dan PT Mangli Djaya Raya. Tembakau yang diproses
PT IBB diantaranya adalah tembakau BesNO dan tembakau Besuki Voor-Oogst
(BesVO). PT IBB termasuk dalam pangsa pasar
(market share) urutan kelima dari 14 eksportir yang memiliki volume
ekspor terbesar (bentuk bal), yaitu sebesar 6,85%, serta urutan kelima
dari 14 eksportir yang memiliki nilai
devisa ekspor terbesar (bentuk bal), yaitu sebesar 4,99% di Kabupaten Jember (UPT PSMB-LT Jember, 2014).
1.
Perumusan Masalah
PT IBB mengalami penurunan kinerja mutu pada
tahun 2013. Konsumen Belgia
mempermasalahkan mutu yang tidak
sesuai dengan permintaan. Perusahaan harus membayar
biaya fumigasi tambahan
dalam jumlah besar kepada konsumen luar negeri dikarenakan ditemukan hama Lasioderma
melebihi ambang batas yang
dipersyaratkan. Peristiwa tersebut
juga berdampak pada penurunan volume ekspor tembakau BesNO karena berkurangnya kepercayaan
konsumen.
Volume ekspor secara keseluruhan cenderung menurun
terjadi antara tahun 2010 hingga
tahun 2013. Penurunan volume ekspor yang
terjadi pada tahun 2012
beberapa diantaranya disebabkan oleh menurunnya permintaan pasar dunia
dikarenakan fluktuasi harga
tembakau dunia yang cenderung
meningkat, serta kampanye antirokok semakin gencar
dilaksanakan di berbagai belahan dunia sehingga menyebabkan pabrik rokok dan
cerutu mengurangi produksinya.
2.
Informasi Relevan
Penyebab utama
terjadinya penurunan volume ekspor pada tahun 2013 adalah menurunnya mutu
produk tembakau BesNO yang diekspor ke
Belgia sehingga menyebabkan berkurangnya kepercayaan konsumen
terhadap kinerja mutu perusahaan. Hama Lasioderma ditemukan telah melebihi ambang
batas yang dipersyaratkan pada produk
tembakau BesNO yang
sampai ke tangan konsumen Belgia. Realisasi ekspor
tembakau Besuki Na-Oogst PT IBB tahun 2009-2013 ditampilkan pada Tabel 1.
Realisasi Ekspor Perusahaan
|
2009
|
2010
|
2011
|
2012
|
2013
|
Volume ekspor (ton)
|
498,5
|
229,5
|
230,2
|
178,1
|
153,6
|
Nilai devisa (US$ ribu)
|
1.745,0
|
914,2
|
939,8
|
1.022,8
|
1.025,3
|
Tabel
1. Realisasi ekspor tembakau Besuki Na-Oogst PT IBB Tahun 2009-2013
3.
Alternatif Tindakan
Salah
satu alternatif dalam penyelesaian masalah yang diusulkan yaitu dengan
menggunakan analisis pareto. Pareto
analysis adalah teknik yang cukup sederhana karena teknik ini membantu peneliti
menyelesaikan masalah penting untuk diselesaikan terlebih dahulu.
Tahapan penggunaan
analisis Pareto adalah mencari fakta dari data ciri gugus kendali mutu yang
diukur, menentukan penyebab masalah dari
tahapan sebelumnya dan mengelompokkan sesuai
dengan periodenya, membentuk histogram evaluasi
dari kondisi awal permasalahan yang
ditemui.
Berdasarkan hasil
wawancara mendalam (in-depth interview) dengan pihak PT IBB dan UPT PSMB-LT Jember
maka ditemukan faktor-faktor
yang memengaruhi kinerja mutu
industri tembakau BesNO maupun
permasalahannya pada PT IBB. Faktor-faktor tersebut terbagi dalam empat kategori permasalahan, antara lain permesinan (machines), metode
(methods), sumber daya manusia (man
power), dan bahan baku (materials) seperti
tampak pada gambar di bawah ini.
4.
Analisis Alternatif Tindakan
Hasil
proses penetapan strategi alternatif diperoleh empat strategi yang dapat dilakukan perusahaan untuk memperbaiki kinerja
mutu tembakau BesNO, yaitu 1) sistem proses terintegrasi, 2) research and development, 3) kualitas SDM, dan
4) sarana proses produksi. Hasil
analisis tersebut disajikan dalam gambar berikut.
Hasil komputasi atribut
faktor pada hierarki strategi peningkatan daya saing tembakau BesNO di PT IBB,
diperoleh bobot 0,603 untuk
SDM (man power). Hal ini
menunjukkan bahwa faktor tersebut perlu diprioritaskan pada strategi perbaikan
kinerja mutu. Hasil analisis AHP
pada faktor metode (methods) menghasilkan bobot sebesar
0,216, sedangkan bahan baku (materials) dan permesinan (machines) masing-masing
memiliki bobot sebesar 0,114 dan 0,066.
5.
Memilih Alternatif Yang Terbaik
Sumber daya manusia (man power) menjadi prioritas utama atribut
faktor karena terjadinya peristiwa penurunan kinerja mutu perusahaan yang
terjadi pada tahun 2013 disebabkan kurangnya ketelitian bagian quality control
terhadap penanganan produk yang akan diekspor.
Hasil komputasi strategi alternatif diperoleh
bobot secara berturut-turut adalah strategi
peningkatan kualitas SDM sebesar
0,592; strategi peningkatan sistem proses terintegrasi sebesar 0,220; strategi
peningkatan sarana proses produksi sebesar 0,119; dan strategi peningkatan
kegiatan research and development sebesar 0,069.
Tingginya nilai
bobot pada strategi
peningkatan kualitas SDM dapat diinterpretasikan bahwa strategi tersebut
diprioritaskan terlebih dahulu, diikuti dengan peningkatan sistem proses
terintegrasi, sarana proses produksi
dan kegiatan research
and development perusahaan.
Peningkatan kualitas SDM perlu dilakukan terutama melalui pemberian pelatihan
kerja terhadap karyawan khususnya pada bagian quality control dan bagian
produksi. Peningkatan kualitas SDM tersebut juga dapat dilakukan melalui
penambahan dan rotasi tenaga kerja terampil, pembaruan, dan penambahan metode
kerja yang saat ini dimiliki perusahaan.
6.
Melaksanakan Keputusan
Berdasarkan keputusan
diatas Perusahaan memulainya dengan meningkatkan kualitas SDM yang ada dengan
cara memberikan pelatihan secara berkala dan berkesinambungan. Kemudian Perusahaan harus lebih selektif
dalam penerimaan karyawan baru.
7.
Evaluasi Hasil Dari Pelaksanaan Keputusan
Untuk mencapai tujuan
tersebut, Perusahaan mengadakan evaluasi terhadap hasil keputusan yang telah
dilakukan secara terus menerus. Evaluasi
dilakukan dengan melihat seberapa besar pengaruh keputusan yang diambil
terhadap tujuan yang diharapkan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
·
PT IBB mengalami penurunan
kinerja mutu pada tahun 2013.
Konsumen Belgia mempermasalahkan mutu yang
tidak sesuai dengan
permintaan. Volume ekspor secara keseluruhan cenderung
menurun terjadi antara tahun 2010 hingga
tahun 2013. Penurunan volume ekspor yang
terjadi pada tahun 2012
beberapa diantaranya disebabkan oleh menurunnya permintaan pasar dunia
·
Terdapat empat kategori permasalahan, antara lain permesinan (machines),
metode (methods), sumber daya manusia (man power), dan bahan baku (materials).
·
Hasil
analisis pareto diperoleh keputusan
untuk fokus terhadap nilai bobot yang tertinggi yaitu peningkatan kualitas SDM.
Komentar
Posting Komentar