D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
KELOMPOK
8
Ø RAFIKA TAMBUNAN
Ø RIZKY
PRATAMA RITONGA
Ø RISNIARDI
Ø PANTAS SAMUEL
Ø HASIHOLAN SIMAMORA
KELAS :
BDP II E
SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN
AGROBISNIS PERKEBUNAN
MEDAN
2012
KATA
PENGANTAR
Puji
dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa ,karena berkat rahmat
dan kasihNya penulis dapat menyelesaikan makalah ini.Makalah ini berisi tentang
jenis-jenis varietas kelapa sawit yang ada di Indonesia.
Di
dalam makalah ini penulis juga menyajikan beberapa varietas unggul kelapa sawit
serta perbandingan masing-masing varietas.
Makalah
ini merupakan hasil dari tugas yang diberikan oleh Ibu Sri Murti Tarigan,selaku
dosen pemuliaan di STIP-AP Medan.
Penulis
menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini,oleh sebab itu kritik dan
saran yang membangun dari pembaca sangat penulis harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Akhir
kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Oktober
2012
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Suksesnya
perkembangan industri Kelapa Sawit di Indonesia tidak terlepas dari upaya
berkesinambungan dalam peningkatan produktifitas tanaman. Salah satu faktor
pendukung peningkatan produktifitas ini adalah bahan tanam.
Untuk menjaga eksistensi industri kelapa
sawit nasional perlu didukung secara maksimal oleh eksistensi industri
perbenihan kelapa sawit di dalam negeri. Untuk itu produsen benih kelapa
sawit di dalam negeri perlu meningkatkan jumlah dan mutu benih sesuai dengan
kebutuhan dan tuntutan selera konsumen yang senantiasa berubah secara dinamis.
Pertumbuhan
perkembangan industri kelapa sawit yang sangat pesat masih belum dapat
diimbangi dengan penyediaan benih secara 6 (enam) tepat yaitu tepat
varietas, mutu, tempat, jumlah, waktu dan harga. Sumber benih kelapa
sawit hanya ada di Sumatera, Kalimantan dan Jawa yaitu di Sumatera Utara, Riau,
Kepulauan Riau, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat dan Jawa Barat sedangkan
daerah pengembangan kelapa sawit ada tersebar dari Aceh sampai ke Papua.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.VARIETAS KELAPA SAWIT
1.Berdasarkan Ketebalan
Tempurung
Pembagian
varietas karena ketebalan tempurung dan daging buah antara lain menghasilkan
varietas Dura, Pisifera, Tenera, Macro Carya dan Diwikka-Wakka. Varietas
yang menghasilkan rendemen minyak (Crude Palm Oil = CPO) paling banyak adalah
Tenera, yakni 22 sd. 24%. Sementara varietas lainnya kurang dari 20%. Buah
kelapa sawit yang menghasilkan CPO adalah bagian sabutnya. Sementara kelapanya
yang berada di dalam tempurung, menghasilkan minyak inti yang rendemennya
sangat kecil dengan nilai komersial yang juga rendah. Pembagian varietas
berdasarkan ketebalan daging buahnya selalu menjadi pertimbangan utama para
calon pekebun. Sementara pembagian varietas atas dasar warna kulit buah kurang
menjadi pertimbangan.
2.Berdasarkan
warna kulit buah
Berdasarkan perbedaan warna kulit buah, varietas-varietasnya adalah:
Nigrescens, Virescens dan Albescens. Nigrescens berwarna ungu dan hitam
ketika muda dan oranye setelah masak. Virescens hijau muda ketika muda dan
kemerahan dengan ujung tetap hijau ketika masak. Albescens berwarna
keutih-putihan ketika muda dan menjadi kuning dengan ujung keunguan ketika
masak. Umumnya benih sawit unggul merupakan hibrida antara varietas-varietas
yang ada. Salah satu benih unggul sawit yang dihasilkan oleh Pusat Penelitian
Perkebunan Marihat Sumatera Utara adalah persilangan antara varietas Dura
sebagai induk betina dengan Pisifera sebagai induk jantan. Varietas Dura yang
dijadikan induk silangan di Marihat adalah hasil keturunan kelapa sawit yang
ada di kebun Raya Bogor, yang disebut Dura Deli.
Buah sawit Nigrecens Buah
sawit Virescens
Dura Deli yang selama ini dijadikan sebagai induk betina dalam
menghasilkan benih hibrida adalah: Dura Deli Marihat 434B X 34C; 425 B X 435 B;
dan 34C X 34C. Dura Deli D. Sinumbah , Pabatu, Bah Jambi, Tinjowan, D. Ilir 533
X 533; 544 X 571; dan 001 X 044. Dura Dumpy Pabatu 206 Malaysia. Dura Deli G.
Bayu dan G. Melayu. Dura Deli IRHO dan Socfin dari PantaiGading D8D, D115P,
D118D, D300D, D661D, L270D, L409D, dan L414D.
Sementara varietas Pisifera yang biasa dijadikan sebagai induk jantan
adalah: Pisifera D. Sinumbah dan Bah Jambi EX5, H5, H11, zz14, DD7, H18, FF11,
F17. Pisifera Marihat dari Kamerun dengan nomor 424 dan 968. Pisifera SP 540
T dari Kongo dengan nomor 943, 1019, 1024, 1276 dan 1298. Pisifera La Me
L2T, L7T, L9T, dan L14. Pisifera Yangambi dari Pantai Gading dengan nomor
L238T, L239T, L718T dan L432T. Pisifera Nifor 30-881, 30-4744, 25-1398,
46-1026, dan 31-246T.
Tahun 1985, Menteri Pertanian RI telah mengeluarkan SK pelepasan enam
varietas unggul sawit. Keenam varietas tersebut adalah: (1) Deli Dura X Pisifera Dolok Sinumbah H5 X E X 5 dengan
produksi TBS 27,6 ton per hektar per tahun dengan rendemen 24,5%. (2) Deli Dura X Pisifera bah Jambi H5 X E X
5 dengan produksi 28,5 ton TBS dan rendemen 24,5%. (3)
Delidura X Pisifera Marihat 424, 968 yang mampu berprodukdi 27,5 ton TBS dengan
rendemen 24,3%.( 4 )Delidura X Pisifera La
Me L2T, L7T, L9T, dan L14T dengan produksi 30,2 TBS dan rendemen 23,2%. (5) Delidura X Pisifera Yangambi L239T, L718T
dengan hasil 28 ton dan rendemen 24,8%. (6)Delidura
X Pisifera Avros SP540T dengan produksi 25,9 dan rendemen 24,8%. Meskipun induk
dari varitas-varietas itu sudah ada dan teknologi penangkarannya juga lengkap,
namun tidak banyak investor yang tertarik untuk bergerak menangani breeding.
B.PERBANDINGAN DURA
DUMPY & DURA DELI
Dura Dumpy memiliki karakter
pertambahan meninggi yang lebih lambat dibandingkan Dura Deli. Karakter ini
memberikan peluang untuk merakit bahan tanaman dengan masa eksploitasi produksi
yang lebih lama. Perencanaan persilangan Dura Dumpy berlandaskan pada kenyataan
bahwa Dura Dumpy memiliki sifat jumlah tandan yang sedikit dengan produksi TBS
yang rendah. Untuk itu perlu dibuat rencana persilangan dengan titik tolak
mempertahankan sifat pertambahan meninggi yang lambat dan memperbaiki sifat
produksi yang rendah. Hingga saat ini, persilangan Dura Dumpy dengan Pisifera
sebagian besar menggunakan Dura Dumpy Lini Sei Pancur dan Pisifera turunan Sp
540 atau AVROS. Persilangan 11 nomor Dura Dumpy dengan Pisifera keturunan La Me
dan Nifor diharapkan dapat meningkatkan produksi TBS.
Persilangan
Dura Dumpy Lini Pabatu dengan Pisifera tidak menunjukkan perbedaan pertumbuhan
vegetatif pada umur 1 tahun setelah tanam. Dari hasil pengamatan pada tahun
ke-4 setelah tanam menunjukkan bahwa hibrida DyP dapat menghasilkan jumlah
tandan rata-rata 26,6 tandan per tahun dengan bobot tandan mencapai 7,5 kg.
Hibrida DyP terbaik menghasilkan bobot tandan buah segar (TBS) mencapai 221,0
kg/pokok/tahun setara dengan 27,29 ton TBS/ha/tahun, sementara TBS rata-rata
hibrida DyP menghasilkan 199,0 kg TBS/pokok/tahun setara dengan 24,57 ton
TBS/ha/tahun .
No
|
Nama Varietas
|
Produksi Asal Induk
|
Produksi TBS(Ton/Ha)
|
Produksi Minyak(Ton/Ha)
|
Rendemen Minyak(%)
|
1
|
Delidura x Psifera
H5 & E X 5
|
DP Dolok Sinumbah
|
27,6
|
6,8
|
24,5
|
2
|
Delidura x Psifera
H5XEX5
|
DP Bah Jambi
|
28,5
|
6,9
|
24,5
|
3
|
Delidura x Psifera
424.968
|
DP Marihat
|
27,5
|
6,7
|
24,3
|
4
|
Delidura x Psifera
L2T,L7T,L9T& L14T
|
DP La Me
|
30,2
|
7,0
|
23,2
|
5
|
Delidura x Psifera
L239T,L718T
|
DP Yangambi
|
28,0
|
6,9
|
24,8
|
6
|
Delidura x Psifera
SP540T
|
DP Avros
|
25,9
|
7,0
|
24,8
|
BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Varietas kelapa sawit dibedakan berdasarkan:
1.Ketebalan
cangkang yaitu yang terdiri dari dura,psifera,dan tenera.
Varietas yang menghasilkan rendemen minyak (Crude
Palm Oil = CPO) paling banyak adalah Tenera, yakni 22 sd. 24%. Sementara
varietas lainnya kurang dari 20%. Buah kelapa sawit yang menghasilkan CPO adalah
bagian sabutnya.
2. Berdasarkan perbedaan
warna kulit buah, varietas-varietasnya adalah: Nigrescens, Virescens dan
Albescens. Nigrescens berwarna ungu dan hitam ketika muda dan oranye
setelah masak. Virescens hijau muda ketika muda dan kemerahan dengan ujung
tetap hijau ketika masak. Albescens berwarna keutih-putihan ketika muda dan
menjadi kuning dengan ujung keunguan ketika masak.
B.SARAN
Keberhasilan pengembangan Kelapa Sawit di
Indonesia tidak terlepas dari ketersediaan bahan tanam unggul yang diperoleh
melalui aktifitas pemuliaan yang sistematis dan berkelanjutan. Pengembangan
industri Kelapa Sawit memerlukan dukungan ketersediaan bahan tanaman dalam
jumlah cukup dengan mutu yang terjamin. Mutu benih Kelapa Sawit sangat nyata
mempengaruhi hasil dan kualitas tandan Kelapa Sawit, oleh karena itu penggunaan
benih unggul merupakan persyaratan utama dalam pengembangan budidaya Kelapa
Sawit. Ketersediaan bahan tanam unggul kelapa sawit menjadi salah satu faktor
pendukung keberhasilan pengembangan industri kelapa sawit di Indonesia.
Meskipun hanya menyita 7% dari biaya produksi, namun penggunaan bahan tanam
kelapa sawit unggul memberikan kontribusi yang signifikan terhadap peningkatan
produktifitas.
DAFTAR PUSTAKA
http://agris.fao.org/agris-search/
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus