MAKALAH FISIOLOGI
SISTEM SADAP TANAMAN KARET
D
I
S
U
S
U
N
OLEH
NAMA : RAFIKA TAMBUNAN
NIM :11011192
KELAS :BDP II E
SEKOLAH
TINGGI ILMU PERTANIAN AGROBISNIS PERKEBUNAN
MEDAN
2012
BAB
I
PENDAHULUAN
1.Latar Belakang
Pesatnya pertumbuhan ekonomi dunia pada sepuluh tahun
terakhir di kawasan Asia-Pasifik dan Amerika Latin memberi dampak pertumbuhan
permintaan karet alam yang cukup tinggi. Hasil studi REP (Rubber Eco Project)
tahun 2004 meyatakan bahwa (Anwar, 2001) permintaan karet alam dan sintetik
dunia pada tahun 2035 adalah sebesar 31.3 juta ton untuk industri ban dan non
ban, dan 15 juta ton diantaranya adalah karet alam.Indonesia diketahui memiliki
lahan yang memadai untuk memenuhi kebutuhan karet alam ini.
Di samping potensi pasarlateks yang besar, harga jual juga
mendorong pemerintah dan swasta semakin gencar mengupayakan berbagai cara untuk
peningkatan produksinya.Upaya peningkatan produksi ini dilakukan melalui
berbaikan manajemen dan teknologi budidaya, yaitu termasuk di dalamnya
cara-cara penyadapan.
Dengan pengelolaan yang memenuhi seluruh kriteria teknis
produksi, maka estimasi produksi dapat dioptimalkan dengan mengacu pada standar
produksi yang dikeluarkan oleh Dinas Perkebunan setempat atau Balai Penelitian
Perkebunan terkait.
Itulah
sebabnya petani maupun karyawan kebun yang bekerja pada panen karet harus
memahami dengan benar system sadap yang baik agar mendapatkan kualitas karet
yang tinggi.
2.Tujuan
1.Mengetahui
cara-cara melakukan penyadapan tanaman karet.
2.Untuk
mengetahui kriteria tanaman yang telah matang sadap.
3.Mengetahui
alat-alat apa saja yang digunakan untuk melakukan penyadapan.
4.Mengetahui
waktu penyadapan yang baik
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Syamsulbahri (1996), karet termasuk tanaman
getah-getahan karena mempunyai jaringan tanaman yang banyak mengandung getah
(lateks) dengan kadar antara 30-35% yang mengalir keluar apabila jaringan
tanaman terlukai. Proses ini dinamakan penyadapan, yang oleh Siswoputranto
(1981) dikatakan nerupakan salah satu faktor penentu tinggi rendahnya
produktivitas perkebunan karet.
Produksi lateks per satuan luas dalam kurun waktu tertentu
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain klon karet yang digunakan, kesesuaian
lahan dan agroklimatologi, pemeliharaan tanaman belum menghasilkan, sertasistem
dan manajemen sadap. Apabila factor-faktor tersebut dapat terpenuhi, maka
tanaman karet pada umur 5 - 6 tahun telah memenuhi kriteria matang sadap.
Kriteria matang sadap antara lain apabila keliling lilit batang pada ketinggian
130 cm dari permukaan tanah telah mencapai minimum 45 cm. Jika 60% dari
populasi tanaman telah memenuhi kriteria tersebut, maka areal pertanaman sudah
siap dipanen (Anwar, 2001).
Perkebunan karet rakyat dengan perkebunan milik Negara
biasanya berbeda dari system dan manajemen sadapnya. Menurut Barlow (1970),
penyadapan yang tidak benar banyak dijumpai pada perkebunan karet rakyat.
Kerusakan bidang sadapyang sering terjadi antara lain disebabkan oleh cara
penyadapan yang ceroboh dengan konsumsi kulit yang sangat boros dan frekuensi
penyadapan yang tidak menentu. Intensitas penyadapan yang dilakukan petani
umumnya tinggi, yaitu 150% atau lebih. Sedangkan sistem
penyadapan modern di perkebunan-perkebunan milik negara (PNP/ PTP)menggunakan
komponen penting yang dikemukakan oleh Spillane (1989),yaitu sistem penyadapan
jangka panjang (long tapping system), sistem penyadapan mikro (micro
tapping system) sebagai salah satu usaha untuk memperpendek masa nonproduktif
(tanaman belum menghasilkan/ TBM), dan klasifikasi penyadap (Spillane, 1989).
Cara perbanyakan tanaman juga
memberikan pengaruh yang cukup berarti dalam produksi lateks yang pada umumnya
menggunakan teknik okulasi. Produksi tanaman hasil okulasi akan baik bila
terdapat kesesuaian karakter agronomis antara batang atas dan batang bawah.
Menurut Dijkman (1951), penurunan produktivitas akibat ketidaksesuaian batang
atas dan batang bawah dapat mencapai 40%.
PEMBAHASAN
Lateks alam merupakan polimer dari isoprene. Lateks ini
berupa cairan (koloid) berwarna putih susu dan mengandung 20-30% butiran karet.
Butiran lateks yang dilapisi protein, fosfolipid serta partikel-partikel
lainnya menentukan kualitas lateks dan membuat cairan lateks menjadi bersifat
lengket.
Lateks/ Karet alam banyak digunakan dalam industri terutama
industri ban. Ban berkualitas tinggi tidak terbuat dari karet sintetis
melainkan karet alam. Inilah yang menyebabkan teknologi bahan tidak dapat
menggantikan eksistensi perkebunan karet.
Kualitas dan produksi karet ditentukan semenjak
budidayanya.Penyadapan merupakan salah satu kegiatan pokok dalam usaha budidaya
tanaman karet (Havea brasiliensis).Tujuannya adalah untuk mengambil
getah karet (lateks) dari pembuluh lateks kulit batang melalui pelukaan.
Kesalahan dalam teknik penyadapan dapat menyebabkan kualitas
dan hasil menjadi tidak optimal.Hal ini karena penyadapan memaksa tanaman
mengorbankan pertumbuhannya untuk menyesuaikan kebutuhan karbohidrat metabolis,
yang akhirnya mengakibatkan penghambatan pertumbuhan tanaman itu sendiri.Teknik
penyadapan yang dapat mencapai produksi optimal menurut Pusat Penelitian Karet,
Getas, seharusnya mengikuti sistem sadap normatif (dengan memperhatikan potensi
tanaman).Komponen teknik penyadapan ini dapat dibagi tiga, yaitu kriteria
tanaman siap sadap, alat-alat, dan cara penyadapan.
Kriteria tanaman yang telah matang sadap biasanya dimulai
pada umur tanaman 5-6 tahun atau yang lilit batangnya sudah mencapai 45 cm pada
ketinggian 130 cm di atas permukaan tanah/ di atas pertautan okulasi (DPO),
baik untuk tanaman yang berasal dari biji maupun dari okulasi.Cepat lambatnya
matang sadap dipengaruhi oleh sifat klon tanaman, kesuburan tanah dan kesuaian
lingkungannya.Sedangkan kebun dikatakan matang sadap apabila tanaman yang
matang sadap telah mencapai lebih dari 60 %.
Peralatan yang digunakan dalam penyadapan menentukan hasil
penyadapan. Alat-alat yang biasa digunakan antara lain: pisau sadap atas, pisau
sadap bawah, mangkuk penampung, cincin mangkuk, meteran gulung, mistar, sigmat/
quadri, pisau mal, mal sadap, talang lateks, dan tali cincin.
- Mal
sadap. Mal sadap berfungsi membuat gambar sadapan yang menyangkut
kemiringan sadapannya, biasanya digunakan sebagai pola rencana penyadapan
untuk jangka waktu tertentu (biasanya 6 bulan). Mal sadap dibuat dari
sepotong kayu dengan panjang 130cm yang dilengkapi plat seng selebar + 4cm
dan panjangnya antara 50-60cm. Plat seng dengan kayu membentuk sudut 120º
(Siregar, 1995).
- Pisau
sadap bawah. Pisau sadap terbuat dari baja. Keseluruhan bagian dari pisau
ini terbuat dari logam dan sudut mata pisau agak lancip sehingganya sangat
cocok untuk penyadapan tanaman yang baru akan disadap (Hartanto, 2003e).
- Pisau
sadap atas/ pisau sadap cekung. Produktivitas yang diperoleh jika
penyadapan bidang atas menggunakan pisau sadap bawah tidak setinggi
menggunakan pisau sadap cekung ini. Pisau sadap atas memiliki spesifikasi
khusus, meliputi lengkungan besi, tebal besi, ketajaman ujung pisau, dan
sudut yang dibentuk oleh lengkungan. Arah sadapan dari kanan bawah ke kiri
atas. Jadi, bila penyadapan bidang sadap bawah menarik ke bawah, maka
penyadapan bidang sadap atas menyorong ke atas. Untuk setiap kali
penyadapan, kulit disayat 2, 75 mm. Bidang sadap atas tidak diperlukan
pemulihan kulit (Hartanto, 2003a).
- Mangkuk
sadap. Mangkok Sadap sangat berguna pada perkebunan karet untuk menampung
hasil sadapan (Hartanto 2003c). Terbuat dari plastik elastis, tanah liat,
atau alumunium dengan ukuran 500 ml dan 750 ml. Mangkok dipasang 10 cm di
bawah talang (Siregar, 1995).
- Cincin
mangkuk. Untuk menggantung mangguk sadap (PS, 2008) tidak boleh
menggunakan paku atau bahan yang runcing karena akan merusak cambium,
sehingga digunakan cincin mangkuk. Cincin mangkok terbuat dari kawat baja
yang kuat dan lentur serta tahan lama. Produk ini digunakan untuk mengikat
mangkok sadap ke batang pohon karet yang akan di sadap. Ada dua ukuran
diameter cincin mangkok sadap sesuai dengan kapasitas mangkok sadap yang
digunakan yaitu ukuran 500 ml dan 750 ml (Hartanto, 2003b).
- Mistar.
Mistar bagian sisinya rata dan halus, di atasnya terdapat guratan-guratan
ukuran, ada yang dalam satuan inchi, sentimeter dan ada pula yang gabungan
inchi dan sentimeter/milimeter.Fungsi mistar baja dalam penyadapan adalah
untuk mengukur lebar, mengukur tebal serta, memeriksa kerataan permukaan
bidang sadap. Di samping itu mistar baja dapat dipergunakan untuk mengukur
dan menentukan batas-batas ukuran juga sebagai pertolongan menarik garis
pada waktu menggambar pada permukaan kulit batang karet.
- Meteran
gulung. Alat ini dibuat dari pelat baja yang Iebih tipis dari pada mistar
baja. Sifatnya lemas/lentur sehingga dapat digunakan untuk mengukur
panjang dan keliling/ lilitbatang karet. Sepanjang mistar ini terdapat
ukuran-ukuran satuan inchi dan metrik. Meteran gulung dapat digunakan dari
1 meter sampai 30 meter. Pada ujungnya terdapat kait sehingga mendapat
ukuran yang tepat. Penggunaan alat ukur ini tidak untuk pengukuran yang
presisi.
- Sigmat/
Quadri. Untuk mengetahui apakah lapisan cambium sudah terlalu dekat
biasanya menggunakan sigmat atau quadri. Ujung yang tajam dari alat ini
ditusukkan pada sisa kulit batang. Bila jarum telah masuk semuanya ke
dalam sisa kulit batang dan masih terasa lunak maka kulit sisa yang
menutupi cambium masih lebih dari 1,5 mm. bila terasa keras maka kulit
sisanya sekitar 1,5 mm. pengukuran kedalaman irisan ini sangat besar
pengaruhnya bagi kelanjutan produksi pohon karet (PS, 2008).
- Talang
lateks/ Spout. Talang lateks digunakan untuk mengalirkan lateks ke dalam
mangkuk (PS, 2008). Talang ini terbuat dari potongan seng, plat baja atau
kaleng bekas. Ada berbagai jenis tergantung kepada ketebalannya (Hartanto,
2003d). lebar talang lateks 2,5 cm dan panjangnya 8-10 cm. Pemasangannya
dengan cara menancapkan 5 cm dari titik ujung terendah irisan sadapan dan
tidak terlalu dalam (PS, 2008).
- Tali
cincin. Tali cincin digunakan untuk mencantolkan cincin mangkuk. Biasanya
tali cincin terbuat dari kawat atau ijuk. Peletakannya disesuaikan dengan
cincin mangkuk dan jangan sampai terlalu jauh dari cincin mangkuk (PS,
2008)
Disamping peralatan konvensional tersebut di atas, Wibowo
(2011) telah mengembangkan pisau sadap elektrik yang mampu menyeragamkan
kedalaman irisan dan konsumsi kulit batang. Pisau sadap elektrik dapat
mengontrol konsumsi kulit pada kedalaman sekitar1.8-2.1 mm. Kualitas hasil
pemotongan kulit pohon dengan pisau sadap elektrik memberikan bentuk sadapan ½
spiral lebih rata. Sistem pengendalian kedalaman irisan pada pisau sadap
elektrik ini mempengaruhi produksi lateks, namun memakan waktu lebih lama,
yaitu 14-22 detik, sedangkan penyadapan dengan pisau biasa hanya 6-8 detik.
Cara penyadapan karet harus memperhatikan potensi tanamannya
jangka panjang. Penyadapan yang baik dapat dilakukan selama 25-35 tahun.
Penyadapan dilakukan pada pagi hari antara pukul
05.00-06.00, sedangkan pengumpulan lateks dilaksanakan antara pukul
08.00--10.00. Sebelum penyadapan, kulit karet dibersihkan terlebih dahulu agar
tidak terjadi pengotoran lateks. Pengotoran lateks dapat menyebabkan
pra-koagulasi sehingga kualitas lateks menurun. Kemudian dibuat pola dengan
terlebih dahulu mengukur tinggi bukaan sadap. Posisi pembuluh lateks pada
umumnya tidak sejajar dengan batang tanaman tetapi agak miring dari kanan atas
ke kiri bawah memutar berkebalikan arah jarum jam, sehingga agar pembuluh yang
terpotong maksimum jumlahnya, arah irisan sadap harus dari kiri atas ke kanan
bawah tegak lurus terhadap pembuluh lateks. Saat pembuatan pola, sudut
kemiringan irisan sadap harus diperhatikan, karena ini berpengaruh terhadap
produksi. Sudut kemiringan yang paling baik berkisar antara 30-40 derajat
terhadap bidang datar untuk bidang sadap bawah dan 45 derajat pada bidang sadap
atas.
Setelah bidang sadap selesai digambar kemudian talang dan
mangkuk sadap dipasang. Pemasangannya diletakkan di bawah ujung irisan sadap
bagian bawah. Mangkuk sadap dipasang pada jarak 15 cm - 20 cm di bawah talang
sadap. Mangkuk sadap diletakkan di atas cincin mangkuk yang diikat dengan tali
cincin pada pohon.
Pengirisan kulit dilakukan dengan pisau sadap. Tebal irisan
sadap yang dianjurkan 1,5-2 mm sedalam kurang lebih 1,5 mm dari lapisan cambium
atau tidak menyentuh kambium. Kedalaman penyadapan ini diukur dengan
menggunakan alas sigmat atau paku yang dipipihkan. Alat sigmat harganya mahal,
sehingga untuk petani dianjurkan menggunakan paku yang dipipihkan. Ujung paku
yang dipipihkan mempunyai lekukan yang dalamnya pada satu sisi 1 mm dan pada
sisi lainnya 1,5 mm.
Hasil sadapan (lateks) yang telah berada di mangkok sadap
kemudian dituangkan ke dalam ember aluminium bersih bertutup. Kontak dengan
udara juga dapat menyebabkan lateks berkoagulasi (menggumpal). Pada perkebunan
besar, lateks dalam ember dikumpulkan ke dalam tangki dan dibawa ke pengolahan
dengan truk.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
1. Kualitas dan produksi karet
ditentukan semenjak budidayanya.Penyadapan merupakan salah satu kegiatan pokok
dalam usaha budidaya tanaman karet (Havea brasiliensis). Kesalahan dalam
teknik penyadapan dapat menyebabkan kualitas dan hasil menjadi tidak optimal.
Komponen teknik penyadapan ini dapat dibagi tiga, yaitu kriteria tanaman siap
sadap, alat-alat, dan cara penyadapan.
2. Kriteria tanaman yang telah matang
sadap biasanya dimulai pada umur tanaman 5-6 tahun atau yang lilit batangnya
sudah mencapai 45 cm pada ketinggian 100 m di atas permukaan tanah/ di atas
pertautan okulasi (DPO), baik untuk tanaman yang berasal dari biji maupun dari
okulasi. Sedangkan kebun dikatakan matang sadap apabila tanaman yang matang
sadap telah mencapai lebih dari 60 %.
3. Peralatan yang digunakan dalam
penyadapan menentukan hasil penyadapan. Alat-alat yang biasa digunakan antara
lain: pisau sadap atas, pisau sadap bawah, mangkuk penampung, cincin mangkuk,
meteran gulung, mistar, sigmat/ quadri, pisau mal, mal sadap, talang lateks,
dan tali cincin.
4. Cara penyadapan karet harus
memperhatikan potensi tanamannya jangka panjang. Penyadapan yang baik dapat
dilakukan selama 25-35 tahun.
Faktor
yang mempengaruhi kualitas lateks, di antaranya adalah:
- faktor
di kebun (jenis klon, sistem sadap, kebersihan pohon, dan lain-lain).
- Iklim
(musim hujan rnendorong terjadinya prakoagulasi, musim kemarau keadaan
lateks tidak stabil).
- alat-alat
yang digunakan dalam pengumpulan dan pengangkutan (yang baik terbuat dari
aluminium atau baja tahan karat).
- pengangkutan
(goncangan. keadaan tangki, jarak, jangka waktu).
- kualitas
air dalam pengolahan.
- bahan-bahan
kimia yang digunakan.
- komposisi
lateks.
SARAN
Dianjurkan untuk tidak melakukan penyadapan awal pada musim
kemarau karena hanya menghasilkan produksi yang rendah mutunya. Pada beberapa
kebun awal tahun 1970-an pernah direkomendasikan penyadapan dengan cara tusuk.
Dengan menggunakan teknik tusuk ini, tanaman karet yang berumur 3 — 3,5 tahun
sudah dapat menghasilkan lateks. Kriteria lilit batang dengan menerapkan teknik
tusuk hanya 30 cm saja. Tetapi teknik ini tidak dianjurkan lagi mengingat
keterampilan penyadap belum memadai sehingga meninggalkan bekas tusukan yang
merugikan, yakni membengkaknya kambium. Penyadapan dengan cara iris pun menjadi
terkendala.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, C. 2001.Manajemen dan
Teknologi Budidaya Karet. Pusat Penelitian Karet, Medan.
Barlow, C. 1970.Rubber smallholders,
situation rehabilitation. Buletin Perkebunan Bogor. Seri Doc Tjer No 12.
Dijkman, M.J. 1951. Hevea thirty
years of research in the Far East.University of Miami Press, Miami.
.
PS, Tim Penulis. 2008. Panduan
Lengkap Karet. Penebar Swadaya, Jakarta.
Setyamidjaja, D. 1993. Karet.
Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Siregar, T. H. S. 1995. Teknik
Penyadapan Karet. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Nasional, Jakarta.
Spillane, J. J. 1989.Komoditi Karet
Peranannya dalam Perekonomian Indonesia. Penerbit Siswoputranto, P. S.
1981.Perkembangan Karet Internasional. Lembaga Penunjang Pembangunan Kanisius,
Yogyakarta.
Syamsulbahri. 1996. Bercocok Tanam
Tanaman Perkebunan Tahunan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Wibowo, S. A. 2011. Desain dan
Kinerja Pisau Sadap Elektrik untuk Tanaman Karet (Havea brasiliensis).
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus